Islamabad, NU Online
Bertepatan dengan hari Asyura atau 10 Muharam, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) bekerja sama dengan Bagian Bahtsu-Masail (BM) Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Pakistan menyelenggarakan diskusi reguler di Islamabad, Pakistan.
Menurut Koordinator diskusi, Ikmal Thoha, kegiatan yang digelar 4 November ini mengusung tema "Syi'ah dalam Lingkup Sejarah dan Eksistensinya di Tanah Air". Saat ini, katanya, Syi’ah memang menjadi topik yang hangat diperbincangkan di Pakistan.
“Diskusi berjalan menarik dan tentunya memberi memberikan antusias yang besar kepada rekan-rekan PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) Pakistan dan juga dalam rangka meramaikan suasana di bulan Muharram dan mengisi kekosongan pada hari libur,” ujar mahasiswa IIUI Pakistan asal Tuban ini.
Hadir sebagai Narasumber dua mahasiswa Indonesia Program Magister di Pakistan, Eris Rismatullah, S.Phil.I dan Syamsul Hadi, S.Th.I. Dalam pemaparannya Eris Rismatullah mengatakan bahwa Syi’ah awalnya adalah salah satu kelompok politik di dunia Islam.
“Sejarah aliran Syi’ah masuk ke Tanah Air adalah bersamaan dengan masuknya Islam ke Tanah Air. Bahkan, menurut Jalaluddin Rahmat, tokoh Syi’ah Indonesia, Syi’ah lebih dulu yang datang ke Tanah Air dari pada Islam Sunni,” ujarnya.
Menurutnya, masuknya aliran Syi’ah ke Indonesia merupakan misi visualisasi dari cita-cita dan tujuan dari Revolusi Iran. Tujuan utamanya, menerapkan ajaran atau aliran Syi’ah secara komprehensif melalui kekuasan politik.
Sementara narasumber kedua, Syamsul Hadi mencoba menyambung dengan menjelaskan sepak terjang aliran Syi’ah secara lebih rinci. Menurutnya, Syi’ah mulai masuk ke Indonesia secara sembunyi-sembunyi dalam artian hanya sebatas keyakinan masing-masing dalam keluarga dan tidak terang-terangan untuk berdakwah.
“Pada periode kedua, tepatnya pasca Revolusi Iran, penyebaran Syi’ah sudah mulai terang-terangan dengan adanya pondok-pondok pesantren Syi’ah yang telah bermunculan di Tanah Air, karena Syi’ah mulai berdakwah dari dunia pendidikan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rais Syuriah PCI-NU Pakistan Ahmad Badruddin mengatakan, perbedaan dalam agama memang tidak bisa dihindarkan, dan perbedaan pemikiran dalam ragam itu pasti ada. Menurutnya, hal itu merupakan cermin dinamika intelektualitas, dinamika rasionalitas dalam Islam.
Ia juga menegaskan, bahwa diskusi ini tidak mengarah pada tuduhan sesat pada siapapun, melainkan kajian ilmiah perihal sejarah dan ideologi sebuah kelompok. “Kita harus selalu berhati-hati untuk masalah takfir dan tahkim kepada sesuatu,” tuturnya. (Muhammad Taufiq/Mahbib)
sumber : http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,45-id,55592-lang,id-c,internasional-t,NU+Pakistan+Kaji+Sejarah+Syiah+di+Indonesia-.phpxBertepatan dengan hari Asyura atau 10 Muharam, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) bekerja sama dengan Bagian Bahtsu-Masail (BM) Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Pakistan menyelenggarakan diskusi reguler di Islamabad, Pakistan.
Menurut Koordinator diskusi, Ikmal Thoha, kegiatan yang digelar 4 November ini mengusung tema "Syi'ah dalam Lingkup Sejarah dan Eksistensinya di Tanah Air". Saat ini, katanya, Syi’ah memang menjadi topik yang hangat diperbincangkan di Pakistan.
“Diskusi berjalan menarik dan tentunya memberi memberikan antusias yang besar kepada rekan-rekan PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) Pakistan dan juga dalam rangka meramaikan suasana di bulan Muharram dan mengisi kekosongan pada hari libur,” ujar mahasiswa IIUI Pakistan asal Tuban ini.
Hadir sebagai Narasumber dua mahasiswa Indonesia Program Magister di Pakistan, Eris Rismatullah, S.Phil.I dan Syamsul Hadi, S.Th.I. Dalam pemaparannya Eris Rismatullah mengatakan bahwa Syi’ah awalnya adalah salah satu kelompok politik di dunia Islam.
“Sejarah aliran Syi’ah masuk ke Tanah Air adalah bersamaan dengan masuknya Islam ke Tanah Air. Bahkan, menurut Jalaluddin Rahmat, tokoh Syi’ah Indonesia, Syi’ah lebih dulu yang datang ke Tanah Air dari pada Islam Sunni,” ujarnya.
Menurutnya, masuknya aliran Syi’ah ke Indonesia merupakan misi visualisasi dari cita-cita dan tujuan dari Revolusi Iran. Tujuan utamanya, menerapkan ajaran atau aliran Syi’ah secara komprehensif melalui kekuasan politik.
Sementara narasumber kedua, Syamsul Hadi mencoba menyambung dengan menjelaskan sepak terjang aliran Syi’ah secara lebih rinci. Menurutnya, Syi’ah mulai masuk ke Indonesia secara sembunyi-sembunyi dalam artian hanya sebatas keyakinan masing-masing dalam keluarga dan tidak terang-terangan untuk berdakwah.
“Pada periode kedua, tepatnya pasca Revolusi Iran, penyebaran Syi’ah sudah mulai terang-terangan dengan adanya pondok-pondok pesantren Syi’ah yang telah bermunculan di Tanah Air, karena Syi’ah mulai berdakwah dari dunia pendidikan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rais Syuriah PCI-NU Pakistan Ahmad Badruddin mengatakan, perbedaan dalam agama memang tidak bisa dihindarkan, dan perbedaan pemikiran dalam ragam itu pasti ada. Menurutnya, hal itu merupakan cermin dinamika intelektualitas, dinamika rasionalitas dalam Islam.
Ia juga menegaskan, bahwa diskusi ini tidak mengarah pada tuduhan sesat pada siapapun, melainkan kajian ilmiah perihal sejarah dan ideologi sebuah kelompok. “Kita harus selalu berhati-hati untuk masalah takfir dan tahkim kepada sesuatu,” tuturnya. (Muhammad Taufiq/Mahbib)
No comments:
Post a Comment