Oleh: Farras Abyan Aziz
Mahasiswa BS. Ekonomi
International Islamic University Islamabad (IIUI) Pakistan
Jika dikatakan santri saat ini adalah kombinasi kitab kuning dan sains modern maka ia bisa menjadi solusi untuk negeri ini. pasalnya, di tengah krisis moralitas dan etika dalam kehidupan berbangsa santri-lah yang dibekali ilmu pengetahuan sekaligus pendidikan adab, akhlaq dan iman yang jarang didapatkan di luar pondok pesantren.
Kita mengetahui, serangkaian kejadian dan masalah di negeri ini terjadi salah satunya karena sekolah atau institusi pendidikan yang belum berhasil mendidik muridnya untuk menjadi manusia yang dicita-citakan. seperti yang ditulis oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya Islam and Secularism yaitu “to produce a goodman by inculcation of adab”.
Jika ditelusuri lebih lanjut, banyak sekolah yang ternyata tidak mementingkan aspek moral, etika dan adab. Sekolah sebagai representasi pendidikan hanya ingin murid-muridnya lulus dengan nilai bagus dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan atau institusi ternama.
Guru-pun hanya sekedar masuk kelas dan menyampaikan isi buku paket tanpa tau arti ilmu yang diajarkan. hingga institusi pendidikan yang hanya ingin “berbisnis” tanpa mempedulikan kualitas muridnya.
Terlebih lagi materi pendidikan yang diasong merupakan produk peradaban “barat” dimana ilmu sains modern yang diajarkan bersifat hedonis, meterialis, empirisis, liberalis, sekularis, dan rasionalis. Setelah itu, terjadilah dikotomi ilmu agama dan sains.
Akibatnya pendidikan selama 16 tahun dari Sekolah dasar hingga bangku kuliah hanya berbuah ilmu tanpa makna. Setelah ijazah dipegang, tidak pernah ada yang tau apakah lulusan tersebut beriman atau tidak, jujur atau culas, berintegritas atau memiliki dualisme, pintar dan cerdas atau hanya sekedar nama.
Akhirnya, “kemanusiaan yang adil dan beradab” hanya sebuah semboyan tanpa eksistensi. Ada yang sholat tapi suka minum alkhohol, ada yang mengaji dan suka menonton konser-konser barat, lulusan terbaik kampus tetapi suka mencuri dan berbuat curang.
Santri mari berkontibusi!
Santri umumnya dibekali kemampuan untuk berdakwah dan mengajar. masih banyak sekolah yang membutuhkan guru yang baik. Yang bisa mendidik muridnya untuk meluruskan niat dalam menuntut ilmu, tetap sopan dan hormat kepada orang tua dan guru, mengenali diri sebagai murid, memiliki sifat berani, sabar, jujur, tegas, rajin, semangat, berkomitmen dan tawakal kepada Allah.SWT.
Bagi seorang santri pentingnya adab sebelum ilmu sering diajarkan oleh para kiai sebagaimana di dalam kitab Ta’limul Muta’alim karya imam Az-Zarnuji atau Adabul ‘Alim wal Muta’alim karya kiai kita KH.Muhammad Hasyim Asy’ari. Bagi santri ilmu tidak bisa didapatkan dengan baik jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi.
Adab ini sangat penting untuk diterapkan di sekolah-sekolah, universitas, maupun lembaga pendidikan lainnya. konsep diri menjadi penting mengingat saat ini krisis karakter menjadi akut dalam kehidupan bernegara.
Selain itu, santri dengan cara pandang islamnya diharapkan mampu mentransfer ilmu kedalam filter islam. Karena dengan begitu, ilmu-ilmu sekuler barat tidak lagi mengajak manusia bertanya benarkah tuhan ada? Atau apakah kebenaran bergantung pada manusianya?
Tak hanya itu, santri dengan jiwa percaya dirinya harus dapat bersaing dengan para lulusan sekolah negeri favorit untuk masuk sekolah atau perkuliahan yang bergengsi dan juga dunia pekerjaan yang diimpikan banyak orang tanpa harus merelakan idealismenya. Santri perlu memberikan warna kebaikan di dalam lingkungan masyarakat yang sangat beragam.
Visi Menuju Peradaban Islam yang Gemilang
Menurut data pendis.kemenag, Indonesia di tahun 2019 memiliki 27.218 pondok pesantren dengan 3.642.738 santri didalamnya. para kiai dan santri di seluruh indonesia harus mampu memupuk solidaritas yang kokoh dan berkolaborasi membangun indonesia dengan visi untuk membangun peradaban islam yang gemilang.
Yang perlu mereka lakukan adalah menyadarkan umat muslim mempelajari dan melestarikan sejarah dan warisan peradaban islam. Kemudian mereka harus menguasai ilmu pengetahuan modern, mengintegrasikannya dengan ilmu pengetahuan Islam. Setelah itu mengeliminasi, memperbaiki, mengartikan ulang, dan menyadur dua cabang ilmu tersebut kedalam kerangka pandangan Islam.
Pesantren sebagai harapan pendidikan bangsa |
Dengan begitu, diharapkan santri mampu melakukan amanah besar ini dengan optimis dan kerja keras untuk mewujudkan indonesia bebas dari keterjajahan ilmu pengetahuan yang berdampak kepada krisis jati diri. Dan harapannya santri dapat menyadarkan kita sebagai bangsa yang maju dan berdaulat.
Selamat hari santri! Merdeka!
No comments:
Post a Comment